All The President's Men (1976)

Poster film, diambil dari Wikipedia
Meski berulang kali menjelaskan di berbagai kesempatan bahwa film All The President’s Men telah menjadi inspirasi untuk terjun di jurnalisme, saya baru menyadari kalau film ini belum pernah saya resensi di blog. Tapi tak apalah. Paling tidak, saya akhirnya bisa menulis resensi, dengan menonton ulang film ini beberapa hari yang lalu. 

All The President’s Men adalah dramatisasi kegiatan jurnalistik dua orang reporter bernama Carl Bernstein dan Bob Woodward. Mereka menjadi jurnalis salah satu harian terbesar di negeri Paman Sam, yaitu The Washington Post. Secara khusus, film ini menceritakan peliputan skandal Watergate oleh Bernstein dan Woodward pada awal tahun 1970an, yang berujung pada mundurnya Richard Nixon dari kepresidenan Amerika Serikat. 

Film diawali dengan adegan penyusupan lima orang ke kantor pusat Partai Demokrat, yang berada di area perkantoran Watergate—asal muasal penyebutan Watergate Scandal. Karena dianggap hanya sekedar penyusupan biasa, The Washington Post menugaskan Woodward, yang saat itu baru beberapa bulan menjadi reporter di sana, untuk meliput kasus ini di pengadilan setempat. 

Ketika Woodward berusaha mengumpulkan informasi terkait penyusupan ini, ia mendapati fakta bahwa kelima orang itu memiliki pengacara yang secara khusus mereka sewa. Woodward juga mengetahui bahwa salah satu dari penyusup itu adalah mantan anggota Central Intelligence Agency¬, dan memiliki kaitan dengan Charles Colson, penasihat khusus Presiden Nixon. 

Mengingat pengalaman Woodward yang masih minim, Ben Bradlee yang saat itu menjadi executive editor di The Washington Post, menugaskan Bernstein yang saat itu sudah menjadi reporter selama enam tahun di The Washington Post. Pada mulanya, Bernstein dan Woodward adalah pasangan yang tidak cocok untuk meliput kasus ini. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka berdua isa bekerja sama dengan baik dalam meliput Watergate. 

Melalui investigasi yang melelahkan, serta bantuan dari sumber anonim bernama “Deep Throat”, Bernstein dan Woodward berhasil menemukan kaitan antara dana yang para penyusup gunakan dengan Committee to Re-elect the President. Mereka berdua juga berhasil menemukan kaitan antara dana ini dengan Kepala Staff White House, yang pada saat itu dijabat oleh H.R. Halderman. 

Setelah tujuh bulan investigasi dan melahirkan beberapa tulisan, yang sebenarnya belum menunjukkan hubungan antara penyusup dengan Nixon, Bernstein dan Woodward akhirnya memulai liputan mereka tentang upaya Nixon untuk memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat dengan cara yang tidak wajar. 

Pada akhirnya, pembongkaran skandal Watergate yang “dipimpin” oleh The Washington Post, membuat Presiden Nixon mengundurkan diri di tahun 1974 dan digantikan oleh Gerald Ford. 

Film besutan Alan J. Pakula yang dirilis tahun 1976 ini, menurut saya, masih merupakan film yang memberikan deskrispi paling baik tentang jurnalisme dan wartawan. Pakula mampu membuat Dustin Hoffman, yang memerankan Bernstein; dan Robert Redford, yang memerankan Woodward, memainkan perannya sebagai wartawan tanpa berlebihan. 

Pakula menggambarkan dengan baik bagaimana kesulitan wartawan untuk menemui narasumber, perdebatan tak berujung dengan redaktur, deadline yang ketat, hingga jam kerja yang tidak teratur. Tak hanya itu, Pakula menekankan pentingnya idealisme jurnalis dalam meliput sebuah perkara. 

Upaya Bernstein dan Woodward dalam membongkar skandal kepresidenan inilah yang membuat saya terinspirasi untuk menjadi jurnalis. Setelah menonton film ini, saya menyadari bahwa peran dalam pelayan publik tidak hanya terbatas menjadi birokrat atau penegak hukum saja. 

Jurnalisme, yang sudah menanamkan dirinya sebagai pilar keempat dalam demokrasi, juga turut berperan dalam mengontrol aktivitas penguasa, khususnya eksekutif, yang seringkali korup. Melalui independensi jurnalisme, kebusukan bisa diungkap meski dengan upaya yang cukup sulit. Film ini juga meyakinkan saya bahwa people’s power yang diwakili oleh jurnalisme, masih bisa berperan dalam menentukan arah dan kebijakan sebuah negara. 

Secara pribadi, melalui film ini, saya mendapatkan bahwa jurnalisme masih menjadi dunia yang bisa mengusung nilai-nilai idealisme, tanpa takut intervensi dan harus diturunkan jabatannya. Film ini juga menjadi bukti nyata bahwa Kata Adalah Senjata. 

Tabik

Sutradara: Alan J. Pakula | Pemeran: Dustin Hoffman, Robert Redford, Jason Robards, Jack Warden, Hal Holbrook | Rilis: 9 April 1976 (Amerika Serikat) | Durasi: 138 menit

Comments