The Great Debaters (2007)

Dengan latar belakang gua yang sempat tercemplung dalam riuh-rendahnya kehidupan para debaters semasa SMA, film ini memiliki daya tarik tersendiri. Selain faktor bahwa gua seringkali dicap sebagai “si tukang debat”, yeah .. my old habit.

Film ini seringkali direkomendasikan ke gua untuk ditonton, yang kata orang ke gua “wah, film-nya lu banget lah yok”. Cynical or flattering? What the hell. Tapi membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya gua berhasil nonton film ini di DVD (¡el DVD pirateria hombre!), karena di Kota Kembang film ini susah banget dicari.

Film ini menceritakan tentang sebuah tim debat dari negro college kecil di kawasan Texas bernama Wiley College yang berusaha untuk bisa menjadi juara debat se-Amerika. Dengan setting tahun 1930an, kondisi yang mereka alami dapat kita bayangkan. Negro pada saat itu masih merupakan warga negara kelas dua di Amerika Serikat, mereka tidak bisa bersekolah di sekolah negeri, dan tidak bisa berbaur dengan kulit putih seperti sekarang. Sederhananya, masyarakat Negro masih mendapatkan diskriminasi di hampir semua lini kehidupan. Kondisi ini ditambah dengan status Wiley College yang “kecil”, yang apabila dibandingkan dengan Indonesia, dapat disamakan dengan Universitas yang berstatus “terdaftar” atau bahkan “izin akreditasi BAN-PT”. Dengan pelatih yang digambarkan begitu keras, radikal, sekaligus cerdas yaitu Mr. Tolson, tim debat Wiley College sedikit demi sedikit berhasil membuat reputasinya sebagai tim debat yang disegani di negara bagian Texas. Berbagai kampus satu per satu dikalahkan, mulai dari universitas yang setingkat Wiley, hingga universitas khusus kulit hitam terbaik di negara bagian Texas. Tentunya perjuangan mereka untuk bisa mendapatkan gelar tim debat terbaik se-Amerika tidaklah mudah, banyak halangan, baik itu di internal tim maupun karena kondisi politik pada saat itu. Dan mereka berhasil untuk menjadikan tim debat Wiley College sebagai tim debat yang disegani di Amerika.

Jika melihat plot utama cerita, tidak ada yang terlalu istimewa. Nampaknya Hollywood tidak bosan-bosan untuk membuat film dengan genre seperti ini, yaitu sebuah kelompok yang tidak pernah menang, yang kemudian dibina oleh seorang pelatih bertangan dingin, yang akhirnya memperoleh kedigdayaan. Jika pernah menonton Coach Carter yang dibintangi oleh Samuel L. Jackson, maka Great Debaters tidaklah jauh berbeda.

Yang membuat menarik bukanlah plotnya, melainkan dialog-dialog yang dibangun antara tokoh dalam film ini. Khususnya ketika tim debat dari Wiley College sedang dilatih oleh Mr. Tolson. Gua bisa menangkap hype yang ada dalam film ini ketika mereka sedang berargumen satu sama lain mengenai topik yang akan dipertandingkan dalam debat, karena tentunya sedikit flashback ke jaman SMA. Selain itu dalam film inilah gw mendapatkan quotation terbanyak dari berbagai tokoh-tokoh di dunia, yang digunakan secara cerdas untuk membangun argumen tim dan menjatuhkan argumen lawan. Berbagai macam gaya persuasi yang ditampilkan oleh masing-masing pendebat juga memiliki daya tarik tersendiri.

Sebenarnya, gua lebih mengharapkan apabila film ini lebih menggali bagaimana proses yang terjadi dalam sebuah tim debat ketika mereka melakukan riset, membuat argumen, dan berlatih berbicara di depan orang banyak. Tentunya akan lebih menarik apabila kondisi politik Amerika yang diskriminatif pada saat itu lebih diperlihatkan sehingga dapat menampilkan the most vulnerable side dari tim debat Wiley College. Meskipun tentunya hal tersebut akan memakan waktu lebih dari dua jam, dan itu bukan merupakan hal yang baik untuk bisnis. Hehehehe.

Meskipun sangat-sangat Hollywood, film ini tetap memiliki kualitas tersendiri melalui dialog yang dibangunnya. Gua sangat mengharapkan suatu saat Indonesia bisa membuat film seperti ini. Oh well, karena sudah banyak “pejuang-pejuang Indonesia” yang bahkan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Comments