Eagle Eye

SPOILER ALERT !!!

Pertama kali melihat trailer-nya, film ini nampak cukup menjanjikan ketegangan dengan pace yang cepat dan kejar-kejaran antara tokoh antagonis dan protagonis. Dengan menempelnya nama Shia LeBouf sebagai aktor utama dan Steven Spielberg sebagai produser eksekutif, saya memang berharap cukup banyak atas film ini.

Melalui Transformers yang sukses besar, nama Shia LeBouf memang cukup menjanjikan, dan siapa yang tidak kenal dengan Steven Spielberg?

Diawali dengan kegagalan misi militer AS di Timur Tengah, scne tiba-tiba berganti ke Jerry Shaw yang sedang bermain kartu, yang lalu mendapati saudara kembarnya meninggal, dan kemudian uang di tabungannya bertambah.

Sesampainya di apartemen, seluruh kamarnya telah diisi oleh persenjataan dan lainnya, dan tiba-tiba dia ditelpon oleh seorang wanita tidak dikenal, yang memberitahunya untuk melarikan diri karena FBI akan segera menangkapnya. Jerry Shaw yang tidak mempercayai wanita di telpon itu akhirnya tertangkap FBI dan diinterogasi.

Wanita itu kemudian menelpon lagi Jerry Shaw dan kemudian kejar-kejaran dimulai. Di tempat lain, ada juga seorang wanita yang mengalami nasib yang sama seperti Jerry Shaw, hanya saja ancaman untuk dirinya lebih ditekankan pada keselamatan anaknya yang sedang berada di Washington DC.

Kejar-kejaran antara FBI dan Jerry Shaw dan wanita yang menyertainya diwarnai dengan berbagai tokoh tambahan yang terlihat bernasib sama dengan mereka berdua, dan mereka menjadi “pembantu” bagi terlaksananya misi dari si penelpon. One thing led to another, si penelpon ternyata adalah program komputer yang berada di markas Pentagon, dan menjadi otak atas terbunuhnya saudara kembar Jerry Shaw.

Mudah ditebak, rencana yang sedianya dijalankan oleh si program komputer itu akhirnya bisa dikalahkan oleh manusia. Tetapi kekalahan si program komputer menurut saya terlalu mudah. Bagaimana mungkin sebuah program komputer yang diceritakan begitu canggih, bahkan bisa menyerupai cara berpikir manusia, dapat dikelabui oleh sandi morse yang telah direkam dalam video surveillance di ruangannya?

Selain itu, cara mengalahkannya pun bukan dengan serangkaian kode komputer yang dimasukkan dan me-reset ulang semua program yang ada, tetapi hanya sekedar melalui penetrasi fisik dengan menghancurkan perangkat keras yang ada.

Jadi menurut saya, ceritanya nanggung, dan terlalu mudah ditebak. Lagipula, plot cerita seperti ini bukanlah orisinil milik dari film Eagle Eye saja. Apabila pernah menonton serial TV MacGyver di musim kedua, si Angus MacGyver pernah menghadapi musuh serupa, meskipun penggambarannya tidak secanggih Eagle Eye (wajar saja, MacGyver serial tahun 70-80an).

Comments