Negara Kelima (E.S. Ito)


Sampul nove "Negara Kelima"

Untuk beberapa posting kedepan, saya akan memasukkan review novel-novel yang ternyata telah saya tulis namun tercecer di berbagai milis/forum/social networking. Dimulai dari novel karya ES Ito dibawah ini.

Baru kali ini ada penulis Indonesia yang berani untuk menulis novel sejarah yang dibumbui dengan intrik dan konspirasi disana-sini. belum lagi disertai hipotesis mengenai keberadaan sebuah peradaban yang bahkan belum ada kesepakatannya di luar sana.

E.S.Ito memang termasuk berani untuk menulis dengan gaya seperti ini. istilah bekennya sekarang, a la Dan Brown. Gaya penulisan Dan Brown sendiri sudah banyak didahului oleh penulis-penulis novel thriller best seller di Amerika Serikat (AS) sana, tetapi berhubung terkenal pas novel kontroversial Dan Brown diterbitkan, akhirnya orang lebih mengenal sebagai gaya Dan Brown. 

Usahanya ini kurang lebih sama seperti Eliza V. Handayani (satu almamater dengan E.S.Ito dari SMA Tarnus) yang menulis novel Area X, yang menurut saya juga merupakan novel breakthrough untuk ukuran Indonesia. 

Kedua-duanya sama-sama memberikan wacana yang jarang (kalau tidak mau dibilang tidak pernah) disentuh oleh penulis fiksi di Indonesia, dan menurut saya kedua-duanya berhasil untuk mewujudkan idealisme-nya. entah bagaimana dengan penjualannya.

Indonesia memang sebuah bangsa yang minder. menurut saya hal inilah yang ingin diangkat oleh E.S.Ito dalam novel ini. Indonesia sudah terlalu "enak" dijajah oleh kelompok yang dinamakan "Barat" sehingga apa-apa yang tidak berbau "Barat" tidak akan disukai oleh orang Indonesia. bahkan kalau perlu, kita sendiri "murtad" menjadi Barat dengan berbagai aksesori dan topeng. 

Nah, dalam novel ini, dikisahkan bahwa benua Atlantis yang melegenda karena peradabannya yang begitu tinggi, dipercayai berada di wilayah Nusantara, dan Sriwijaya serta Majapahit merupakan sisa-sisa dari peradaban Atlantis. Hipotesis mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia memang kontroversial, karena selama ini eksistensinya sendiri masih diperdebatkan. 

Selain itu, isu mengenai Atlantis telah didominasi oleh "Barat" sehingga hipotesa bahwa Atlantis sesungguhnya berada di wilayah Dunia Ketiga, akan dikesampingkan begitu saja. Mungkin arogansi inilah yang seharusnya dilawan oleh orang Indonesia, bahwa sejarah dunia bukanlah hanya dimonopoli oleh sejarah Barat saja.

Ide yang dibawakan oleh penulis inilah yang membuat saya terkesan. Memang, gaya penceritaannya bagus, tetapi tidaklah istimewa. Ide yang dituangkan melalui teka-teki angka, bahasa-bahasa daerah yang esoterik, menjadi sebuah nilai plus, tetapi bukan critical point yang menjadi keunggulan buku ini.

Perbaikan terhadap kondisi mental bangsa Indonesia menurut saya melatarbelakangi sekaligus menjadi grand design bagi penulisan novel ini.

Comments