Soe Hok Gie...Sekali Lagi : Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya

Akhirnya, saya bisa meluangkan waktu dan mendapatkan mood untuk menulis lagi disini.

Buku ini memang berbeda dengan buku-buku "karya" Soe Hok Gie yang telah beredar sebelumnya di pasaran. Saya menyebut "karya"--dengan tanda kutip, karena Soe Hok Gie Sendiri tidak pernah menulis satu buku pun, dan buku-buku yang beredar menggunakan namanya adalah hasil inisiatif dari beberapa pihak agar tulisannya tetap terdokumentasi dengan baik--bukan inisiatif dari Soe Hok Gie.

Jika buku-buku Soe Hok Gie sebelumnya berisi tentang catatan hariannya (Catatan Seorang Demonstran); artikel-artikelnya di berbagai media (Zaman Peralihan); skripsi sarjana muda (Di Bawah Lentera Merah); dan skripsi sarajana (Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan), maka buku ini berisi tulisan-tulisan dari para individu yang menjadi teman Soe Hok Gie semasa hidupnya, atau mereka yang merasa terpengaruh oleh tulisan-tulisan Soe Hok Gie. Meski demikian, masih ada beberapa tulisan Soe Hok Gie yang turut dicantumkan dalam buku ini (yang saya rasa beberapa diantaranya telah ada di Zaman Peralihan).

Membaca tulisan-tulisan dalam buku ini memberikan perspektif baru dalam melihat Soe Hok Gie sebagai tokoh yang belakangan sudah dikultuskan. Karena bukunya yang sangat legendaris di kalangan mahasiswa dan aktivis, sekaligus suksesnya film GIE yang dibintangi oleh Nicholas Saputra, menegaskan pengultusan Soe Hok Gie.

Dari buku ini, khususnya tulisan teman-teman dekatnya semasa di Mapala FSUI, saya bisa mendapatkan kesan bahwa Soe Hok Gie bukanlah seorang aktivis mahasiwa yang jauh dari jangkauan, karena dirinya tak beda dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang berkelakuan layaknya mahasiswa--jarang pulang, candaan-candaan tak jelas, ngerumpi/ngegosip--termasuk sikap saya semasa menjadi mahasiswa.

Tulisan ini pun akan memberikan cakrawala baru bagi mereka yang terlanjur mengenal Soe Hok Gie lewat buku-buku sebelumnya dan film GIE. Karena dari buku ini, kita dapat merasakan bagaimana orang lain memandang Soe Hok Gie, baik itu sebagai kawan, teman dekat, rekan aktivis, ataupun mahasiswa FSUI.

Hal ini sangat berbeda ketika membaca buku-buku sebelumnya yang akan membawa kita pada dunia dimana Soe Hok Gie memandang realitas kontemporer pada saat itu menurut perspektinya sendiri.

Yang lebih menyenangkan lagi, buku ini menyediakan lebih banyak dokumentasi visual ketimbang buku-buku sebelumnya. Catatan Seorang demonstran hanya menyelipkan beberapa foto saja, sementara tiga buku lain sama sekali tidak memuat foto dari Soe Hok Gie.

Dengan banyaknya foto dalam buku ini, kita akan bisa merevisi imaji atas Soe Hok Gie yang sudah terlanjur terbentuk dengan wajah Nicholas Saputra dari film GIE (apalagi buku Catatan Seorang Demonstran pernah dicetak ulang dengan sampul menggunakan poster film GIE).

Bagi anda yang belum "mengenal" Soe Hok Gie, saya tidak menyarankan buku ini dibaca sebagai inisiasi, karena saya menganggap bahwa buku ini lebih berperan sebagai pelengkap dari Catatan Seorang Demonstran.

Kalau enggan membaca, film GIE pun sudah bisa memberikan deskripsi yang cukup umum mengenai Soe Hok Gie. Setelah itu, barulah buku ini bisa dinikmati dengan lebih komprehensif. Tetapi, ini hanya saran saya saja. Semoga kedepannya akan semakin banya buku-buku yang berkaitan dengan Soe Hok Gie.

"Nobody knows the trouble I See. Nobody knows my sorrow"
kutipan lagu yang tercantum dalam nisan Soe Hok Gie

NB :
Saya baru sadar, kalau ternyata penulisan nama Soe Hok Gie yang benar adalah SOE HOK-GIE (dengan huruf kapital semua) atau Soe Hok-gie.

Comments

  1. www.dustysneakers.wordpress.com10:33 PM

    hei there!
    I'll buy the book tonight :)
    btw, buku zaman peralihan saya hilang, dan di toko buku sudah pada tidak ada. any ideas dimana saya bisa dapat bukunya?

    trims
    Teddy
    www.dustysneakers.wordpress.com

    ReplyDelete
  2. Zaman Peralihan?

    nampaknya kalau untuk cetakan terbaru (pasca film GIE), buku Zaman Peralihan bisa didapatkan dengan mudah di toko buku besar seperti Gramedia dan Gunung Agung. Terakhir kali saya ke Gramedia Jl. Merdeka Bandung (tahun lalu,sekitar bulan Desember), buku2 tulisan Soe Hok-Gie masih berderet lengkap.

    di tempat-tempat buku diskon Bandung pun saya masih bisa menemukannya, misalnya, Palasari, Toga Mas, dll.

    ReplyDelete

Post a Comment